RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Dinamika Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari



DINAMIKA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding fathers ketika negara Indonesia didirikan. Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan,pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itus ering pula terjadi upaya pelurusan kembali.Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar dunia yang paling berpengaruh, sehingga sering disifatkan bukan ini dan bukan itu. Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme.

Bahkan bukan berpaham teokrasi dan bukanperpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke dalam kehidupan praksis berbangsa dan bernegara. Dinamika aktualisasi nilai Pancasila bagaikan pendelum (bandul jam) yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara seimbang tanpa pernah berhenti tepat di tengah.Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia, kita sepakat mendasarkan diri pada ideologiPancasila dan UUD 1945 dalam mengatur dan menjalankan kehidupan negara.Namun sejak Nopember 1945 sampai sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959  pemerintah Indonesia mengubah haluan politiknya dengan mempraktikan sistem demokrasi liberal.

Dengan kebijakan ini berarti menggerakan pendelum bergeser ke kanan. Pemerintah Indonesia menjadi pro Liberalisme.Deviasi ini dikoreksi dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.Dengan keluarnya Dekrit Presiden ini berartilah haluan politk negara dirubah. Pendelum yang posisinya di samping kanan digeser dan digerakan ke kiri. Kebijakan ini sangat menguntungkan dan dimanfaatkan oleh kekuatan politik di Indonesia yang berhaluan kiri (baca: PKI) Hal ini tampak pada kebijaksanaan pemerintah yang anti terhadap Barat (kapitalisme) dan pro ke Kiri dengan dibuatnya poros Jakarta-Peking dan Jakarta- Pyong Yang. Puncaknya adalah peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Peristiwa ini menjadi pemicu tumbangnya pemerintahan Orde Lama (Ir.Soekarno) dan berkuasanya pemerintahan Orde Baru (JenderalSuharto).

Pemerintah Orde Baru berusaha mengoreksi segala penyimpangan yang dilakukan oleh regim sebelumnya dalam pengamalan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah Orde Baru merubah haluan politik yang tadinya mengarah ke posisi Kiri dan anti Barat menariknya keposisi Kanan. Namun regim Orde Barupun akhirnya dianggap penyimpang dari garis politik Pancasila dan UUD 1945, Ia dianggap cenderung ke praktik Liberalisme-kapitalistik dalam menggelola negara. Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang dahsyat dan berhasil mengakhiri 32 tahun kekuasaan Orde Baru. Setelah tumbangnya regim Orde Baru telah muncul 4 regim Pemerintahan Reformasi sampai saat ini. Pemerintahan-pemerintahan regim reformasi ini semestinya mampu memberikan koreksi terhadap penyimpangan dalam mengamalkanPancasila dan UUD 1945 dalam praktik bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan oleh OrdeBaru.

Sumber : google,2013,Dinamika Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari,11 april, http://research.amikom.ac.id/index.php/SSI/article/view/5939 .

Komentar Saya :
Saya setuju dengan artikel diatas. Karena pengamalan pancasila dari tahun ke tahun mengalami penyimpangan yang cukup besar. Banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang tidak sejalan dengan idiologi Negara yang hakikatnya adalah pedoman bagi masyarakat Indonesia kita. Tapi sekarang-sekarang ini pancasila di simpangkan dari jalannya. Contoh para petinggi Negara yang mengambil hak-hak rakyat yang hanya di hukum tidak sampai 5 tahun tapi rakyat kecil yang hanya mengambil sepasang sandal atau mengambil herwan ternak dihukum lebih dari 10 tahun apa itu contoh dari sila ke-5 yang berbunyi “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”?? tapi sekarang keadilan dapat dibeli dengan materi bagi yang mempunyai materi yang lebih. Sekarang keadilan bagaikan angina yang begitu saja melewati kita. Dimana bukti dari bunyi sila ke 5 itu dalam kehidupan kita sekarang ? . Keadilan saat ini sangat di pertanyakan warga Indonesia, karena begitu banyak kasus yang menonjolkan ketidak adilan. Pancasila itu Dasar Negara, alangkah baiknya kita semua mengikuti semua isi dari pancasila demi terwujudnya Kehidupan Yang Damai,tenteram,aman, sejahtera seperti yang kita semua inginkan, hokum yang Adil,taat peraturan, Mengapa sekarang banyak yang melupakan dan menyepelekan Arti PANCASILA..

PANCASILA DALAM PERSPEKTIF DINAMIKA IDEOLOGI MULTI-POLAR
Dalam perkembangannya, Pancasila selalu mendapat sorotan dan tekanan yang sangat tajam baik dari kalangan dalam maupun luar negeri dalam kenyataannya, berdasarkan hasil implementasi menunjukkan bahwa ideologi Pancasila masih jauh dari visi ideal. Pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan elit politik dan pemerintahan masih belum memadai sehingga belum mampu memberikan keteladan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengindikasikan adanya krisis ideologi.
Secara historis, dinamika ideologi multi-polar masih akan selalu hadir dalam setiap perkembangan zaman dan hampir pasti hal ini akan berpengaruh besar terhadap kemandirian dan keberlanjutan bangsa Indonesia. Tidak semua ideologi multi-polar dapat dikatakan buruk, dan demikian pula sebaliknya. Namun hal yang perlu disadari bahwa implementasi ideologi setiap negara akan cenderung untuk pementingan sendiri. Apapun,bahwa setiap tindakan yang menggunakan jargon atau "berkedok" ideologi, masih perlu dicermati terkait dengan pementingan diri sendiri. Selama kemandirian pada diri sendiri belum terwujud, penyebarluasan dan penanaman ideologi pancasila akan diterima kalangan luas sebagai ilusi.
Dalam perspektif ke depan, Bangsa Indonesia terlebih dahulu harus mampu menunjukkan presetasinya dalam kemandirian di bidang pemenuhan kebutuhan dasar, pertahanan keamanan, dan ekonomi serta keuangan. Langkah utama secara mikro yang perlu ditempuh adalah penanaman nilai-nilai Pancasila dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan secara makro dapat diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, perpolitikan, dan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Pergaulan dunia yang damai dan bermartabat, sebagaimana digagas para pendiri Bangsa Indonesia, memerlukan dukungan bukti dalam implementasi Pancasila secara konsisten dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Selanjutnya beberapa penekanan dari materi yang berjudul "Pancasila Dalam Prespektif Dinamika Ideologi Multipolar" ini adalah sebagai berikut:
  • Pancasila akan selalu dalam tekanan (dalam dan luar), melekat pada persaingan egoisme askriptif (budaya, politik, ekonomi secara lintas suku, negara hingga blok negara)
  • Ideologi multi-polar adalah alamiah dan akan selalu hadir dalam dinamika hubungan antar blok/negara
  • Ideologi harus bisa dikonversi menjadi kekuatan pangan, energi, pendidikan, ekonomi, infrastruktur dan persenjataan
Uraian tersebut merupakan paparan makalah yang disampaikan oleh Dr. Tri Pranadji, APU pada seminar rutin Pembangunan Perdesaan di PSEKP pada tanggal 5 Januari 2012. Topik yang tidak biasa ini, menjadi wawasan baru bagi seluruh peneliti di PSEKP, yang mana selama ini topik-topik yang disajikan terkonsentrasi pada sosial ekonomi dan kebijakan di bidang pertanian.
Peserta seminar yang hadir adalah seluruh peneliti PSEKP, BPP, PUSKITA-KKP, DITJEN PPHP, DITJENBUN, BIOGEN, BBSDL, dan Mahasiswa S2 dan S3 IPB. Semoga Seminar yang telah dilaksanakan dengan topik yang menarik ini memberikan wawasan baru tentang Pancasila dalam Ideologi Multi-Polar.

Komentarnya :  Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pedoman bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan warganegara terhadap Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap Pancasila bias diminimalisir.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Apa Aja Ada!!. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Free Blogger Layouts | Bloggerized by Miss Dothy