RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Artikel " Budaya Upacara Ngaben "


 UPACARA NGABEN

Bukan Bali namanya kalau tidak memiliki keunikan tersendiri. Pulau yang kerap kali disebut dengan tanah dewata ini memiliki sejuta keunikan yang bersemayam di dalamnya. Tidak hanya pemandangan alam memukau yang dapat membuat siapapun berdecak kagum. Bali juga memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik dan terkenal hingga mancanegara. Salah satunya adalah Ngaben.
Ngaben merupakan sebuah tradisi umat Hindu di Bali berupa upacara pembakaran mayat atau kremasi bagi mereka yang telah meninggal. Dalam ajaran Hindu, upacara ini termasuk dalam Pitra Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh leluhur dan bermakna untuk mengembalikan roh yang telah meninggal ke tempat asalnya.
Biasanya orang yang sudah meninggal tidak langsung dilakukan upacara Ngaben. Didiamkan beberapa saat hingga hari pelaksanaan upacara Ngaben ditentukan oleh Pedanda. Setelah hari baik ditetapkan barulah masyarakat mempersiapkan upacara pembakaran mayat ini.
Biasanya tidak ada isak tangis dan air mata pada upacara Ngaben ini. Pasalnya mereka yakin bahwa isak tangis akan menghambat perjalanan orang yang meninggal tersebut menuju ke tempatnya. Sebelum Ngaben dilaksanakan, keluarga yang dibantu oleh masyarakat sekitar akan membuat “Bade dan Lembu” yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “bade dan Lembu” inilah yang dipakai sebagai tempat mayat akan di kremasi dengan cara dibakar pada upacara Ngaben.
Pada saat hari upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dan sanak saudara beserta masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Mayat yang akan dikremasi pun biasanya dibersihkan terlebih dahulu dengan melakukan prosesi Nyiramin, yakni sebuah prosesi memandikan jenasah. Prosesi ini dipimpin oleh orang yang dianggap sepuh dalam masyarakat. Mayat tersebut juga akan dipakaikan pakaian adat Bali seperti layaknya orang hidup.
Sebelum upacara pembakaran sebagai acara puncak dilakukan, akan dilaksanakan penghormatan terakhir dengan memberikan doa-doa dengan harapan semoga arwah tersebut mendapat tempat yang baik disana. Acara puncak ditandai dengan di araknya Bade untuk diusung beramai-ramai ke kuburan tempat upacara Ngaben. Iring-iringan tersebut ditemani oleh musik gamelan dan kidung suci yang diikuti oleh keluarga dan masyarakat. Di depan Bade tadi akan ada kain putinh panjang yang dibentangkan sebagai tanda pembuka jalan bagi sang arwah menuju ke tempat asalnya.
Uniknya dalam upacara Ngaben ini, setiap Bade melewati pertigaan atau perempatan jalan akan diputar sebanyak 3 kali. Hal itu dilakukan agar sang arwah tidak tersesat dalam perjalanannya. Sesampainya di kuburan tempat upacara Ngaben, Mayat akan diletakan di Lembu yang telah disiapkan dengan diawali upacara-upacara lain dengan diiringi doa mantra dari Ida Pedanda. Kemudian Lembu yang berisi mayat tadi dibakar sampai menjadi abu.
Setelah Lembu berisi mayat tadi berubah menjadi abu, maka abu tersebut akan dikumpulkan sebelum dibuang ke laut atau sungai yang dianggap suci oleh masyarakat setempat. Setelah upacara ini selesai, keluarga dapat tenang mendoakan arwah tadi dari tempat suci dan pura masing-masing.
Tradisi unik ini memang terbilang mahal untuk dilaksanakan. Upacara Ngaben ini biasanya menghabiskan biaya sekitar 15—20 juta rupiah. Namun demikian upacara ini tetap dipertahankan demi kelangsungan tradisi. Saat ini, banyak juga masyarakat Bali yang memodifikasinya dengan mengadakan Ngaben masal dengan alasan biaya. Hal ini sah saja asalkan esensi dari tradisi dan budaya yang menjadi salah satu kekayaan Indonesia ini tetap dipertahankan dan dijaga.

SUMBER    : palingindonesia.com

Opini Saya : Budaya Ngaben adalah salah satu budaya terpenting bagi Masyarakat bali. Karena ini adalah Upacara Sakral bagi masyarakat bali yang sebagian besar menganut agama Hindu. Tradisi ini sudah lama sekali, dan terus turun menurun bagi penganut Hindu. Upacara ngaben ini adalah salah satu kebudayaan Indonesia yang sangat besar dan terkenal, Oleh Karena itu , Khususnya masyarakat yang beragam Hindu , Harus tetap menjalankannya dan menurunkannya kepada setiap keturuanannya agar Kebudayaan Ngaben ini terus Terjaga Dan Terlestarikan Sampai akhir jaman.

NAMA                   : Jody Fitrian Pradipta
KELAS                   : 1KA02
NPM                      : 13112946
MATKUL               : ILMU BUDAYA DASAR

Artikel " Ilmu Budaya Dasar "

PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
 
Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Istilah llmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris "The Humanities". Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dan bahasa latin humanus yang bisa diartikan manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the htimanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya manusia bisa menjadi humanus, mereka hams mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa Ilmu Budaya Dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya, lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof.Dr.Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural science )
Ilmu ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis itu kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi . Hasil penelitiannya 100 % benar dan 100 % salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain ialah astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran, mekanika.
2. Ilmu-ilmu Sosial ( social science )
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hash penelitiannya tidak mungkin 100 % benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antar manusia itu tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi, psikologi, antropologi sosial, sosiologi hukum, dsb.
3. Pengetahuan budaya ( the humanities )
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pemyataan-pemyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pemyatan-pemyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan., Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan budaya ( The Humanities ) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup kcahlian (disiplin) scni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang Ilmu Budaya Dasat ( Basic Humanities ) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut dengan Basic Humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk betbudaya ( homo humanus ), sedangkan Ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah bahwa mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities). akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cam memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat :
1. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bane, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemánusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.

SUMBER : dimazmarham.blogspot.com
 
Opini Saya :  Ilmu Budaya Dasar sangat penting bagi kita semua untuk melestarikan serta menjaga seluruh budaya di Indonesia yang kita cintai ini. Banyak ragam budaya Di Negeri kita ini yang sangat menakjubkan yang harus kita lanjutkan tradisinya. Budaya juga sangat penting bagi diri kita untuk menjaga tingkah laku kita selalu baik dan berbudaya. Ilmu budaya dasar banyak sekali manfaatnya untuk diri kita sendiri dan untuk orang lain.

Nama                 : Jody Fitrian Pradipta
Kelas                 : 1KA02
NPM                 : 13112946
Matkul               : Ilmu Budaya Dasar

Artikel Budaya Wayang Kulit


WAYANG KULIT

Wayang kulit adalah salah satu unsur kebudayaan Melayu peninggalan warisan yang mengandungi nilai-nilai seni, pendidikan dan nilai yang tinggi dan benar-benar berharga untuk dipelajari dengan sedalam-dalamnya. 
 Mengikut Kamus Dewan, Dewan Bahasa dan Pustaka (1994), wayang kulit ialah patung dan lain-lain yang dibuat daripada kulit untuk menunjukkan sesuatu cerita.  Patung-patung wayang kulit boleh berbentuk manusia, haiwan, dan objek-objek lain yang digeraklakonkan mengikut watak, situasi atau cerita tertentu.  Patung ini dapat dibuat daripada kulit, plastik, lutsinar dan kertas tebal.  Biasanya patung ini nipis dan berbentuk dua dimensi.  Pemain wayang kulit menggunakan dialog yang sesuai dengan watak patung berkenaan.  Suara latar, muzik, atau bunyi-bunyi tertentu digarap bersama bagi mengiringi pergerakan patung itu.
Wayang kulit adalah salah satu bentuk teater tradisional yang telah berakar umbi sejak sekian lama di Kepulauan Melayu. Bermula dengan hikayat klasik Mahabrata dan Ramayana yang terkenal, wayang kulit mempunyai nilai tradisi yang tersendiri dalam menjadikannya warisan zaman berzaman. Negara-negara seperti Turki, Jepun, China, India, Thailand, Indonesia dan beberapa negara lain turut memiliki tradisi yang hampir sama dengan wayang kulit mungkin berbeza dari segi nama sahaja. Malaysia sendiri amat beruntung kerana memiliki empat jenis wayang kulit yang berbeza penampilan bentuk dan gaya persembahannya. Ini dapat dilihat dalam wayang kulit Kelantan (dikenali juga sebagai wayang kulit Siam) yang  popular di Kelantan dan Terengganu, manakala wayang Gedek terkenal di Kedah dan Perlis, wayang kulit Purwa di Johor dan wayang kulit Melayu pernah dipopularkan di Kelantan.
 Wayang kulit adalah sejenis persembahan pentas yang menggabungkan kemeriahan pertunjukan patung dengan kesederhanaan gaya pertunjukan wayang kulit. Patung wayang kulit yang leper diperbuat daripada kulit lembu atau kerbau yang diukir halus dan dicat tangan. Setiap patung mempunyai rupa dan bentuk watak manusia yang tersendiri, dan mempunyai bahagian tangan dan kaki yang bersendi. Pertunjukan wayang kulit dipersembahkan oleh seorang Tok Dalang dan lazimnya menceritakan kisah epik sejarah Hindu. Dalam persembahan wayang kulit terpancar nilai dan sistem budaya kawasan itu. Brandon (1967: halaman 277) berpendapat wayang kulit yang terdapat di semua negara memainkan peranan penting bagi golongan pemerintah menyalurkan idea, sistem kepercayaan dan nilai kepada penduduk luar bandar dan penduduk bandar yang buta huruf serta berfungsi sebagai saluran komunikasi dan merupakan kegiatan upacara komunal.
Memang benar wayang kulit sudah dimainkan dibeberapa tempat dan mendapat sentuhan bermula dari Bali, Jawa, Sunda, Kalimantan, Sumatra dan Melayu. Teater wayang kulit ini dipercayai sebuah teater yang sangat tua merangkumi seluruh Asia Tenggara termasuk Turki, China dan India. Oleh kerana luasnya taburan teater ini dimerata- rata tempat maka timbulah pelbagai cerita atau teori yang mengisahkan tentang asal-usulnya.
 Salah satu daripada pendapat yang mengatakan bahawa wayang kulit ini berasal dari India. Katanya wayang kulit ini dibawa masuk ke Malaysia dan Asia Tenggara amnya melalui pengaruh Hindu pada masa itu. Pengaruh tersebut dapat dilihat sampai sekarang di dalam wayang kulit yang membawa cerita-cerita dari India seperti Ramayana dan Mahabharata.
Demikian pula dengan bentuk patungnya, menurut mereka terdapat banyak persamaan antara bentuk patung wayang kulit di Kemboja dan Thailand dengan yang terdapat di Andhra Pradesh, Orissa dan Kerala di India. Patung wayang kulit di Malaysia dan Indonesia pula menerima pangaruh dari patung wayang golek di India. Antara para sarjana yang menyokong pendapat ini ialah Sabri East Siyavusgil, Jacques Brunet dan William Ridghway.
Selain itu, pendapat lain pula mengatakan bahawa wayang kulit ini berasal dari China. Mereka pula merujuk kepada suatu cerita lagenda di zaman Raja Han Wu Ti yang menayangkan bayangan dikelir sebagai memanggil roh dan semangat isteri baginda yang telah mati. Pendapat ini di utarakan oleh Berthold Laufer.
Bukan itu sahaja, pendapat lain pula mengatakan bahawa wayang kulit ini berasal dari Jawa. Mereka mengatakan bahawa banyak istilah Jawa kuno yang terdapat dalam wayang Purwa telah pun ada sebelum masuknya pengaruh Hindu ke Asia Tenggara. Pendapat ini di kemukakan oleh Hazeu.
Setakat ini belum ada satu bukti yang jelas untuk kita mengatakan tempat yang sebenarnya kemunculan wayang kulit itu. Berbalik pada wayang kulit Kelantan pula sejarah tradisinya adalah berasal dari Siam, tetapi jika dilihat pada penceritaan dan pengucapannya, wayang Kelantan ini sudah pun menerima pengaruh dari Jawa. Oleh kerana negara kita ini terletak di tengah-tengah dunia Melayu jadi tidak mustahil kita telah menerima budaya serantau melalui hubungan perdagangan, kebudayaan, asimilasi dan sebagainya lagi.
Wayang Kulit di Malaysia terdiri daripada beberapa jenis. Wayang kulit ini terbahagi kepada empat jenis iaitu wayang Kelantan, wayang Melayu, wayang Purwo dan wayang Gedek. Wayang Kelantan terdapat di Kelantan dan negeri-negeri Pantai Timur yang mempersembahkan cerita-cerita Hikayat Seri Rama, manakala Wayang Purwo pula terdapat di bahagian Selatan Pantai Barat Semenanjung terutamanya di Johor yang mengetengahkan episod dari kitab Mahabrata dan cerita Panji.
Sementara itu, wayang Gedek pula, lebih sinonim di negeri Kedah, Perlis dan beberapa negeri di bahagian utara Pantai Barat Semenanjung manakala wayang kulit Melayu disampaikan dalam bahasa Melayu mempunyai pengaruh Jawa. Penceritaannya berdasarkan cerita-cerita daripada Kitab Mahabharata seperti cerita Pendawa Lima. Selain itu, cerita-cerita panji juga diketengahkan, iaitu tentang kepahlawanan tokoh-tokoh seperti Raden Inu Kertapati dan Putra Raja Kahuripan. Walaupun berbeza jenisnya, namun elemen untuk membentuk sesebuah wayang kulit tetap sama. Wayang kulit didirikan oleh beberapa elemen penting iaitu dalang, patung, pentas, kelir dan muzik. Gabungan daripada elemen inilah yang menjadikan persembahan wayang kulit satu persembahan yang harmonis dan diminati setiap lapisan masyarakat.
Dalang
Penayangan wayang kulit tidak boleh dilakukan jika tiada dalang. Dalang merupakan pemimpin dan tukang cerita dalam persembahan wayang kulit. Dalang juga bertindak sebagai pemain segala peranan dalam cerita wayang kulit dengan menggerakkan patung yang diukir daripada kulit lembu, untuk melambangkan pelbagai watak dalam cerita seperti Ramayana, Mahabrata dan cerita Panji.
Dalang dikenali sebagai tokoh pencerita yang beraksi sambil bercerita, dan memainkan patung wayang kulit. Sesebuah persembahan wayang kulit yang baik bergantung kepada kepakaran dan kecekapan seseorang dalang dalam menyampaikan cerita. Untuk menjadi dalang yang baik, penggunaan suara turut memainkan peranan penting dalam persembahan yang memakan masa tidak lebih daripada dua jam. Unsur-unsur komedi diselang-seli dengan isu semasa sebagai tarikan dan mengelakkan penonton berasa bosan. Bukan itu sahaja, keistimewaan dalang juga dapat dilihat dari segi kemampuannya mengatur gamelan sebagai pengiring pentas wayang yang harus disesuaikan dengan situasi dan cerita yang ingin dipersembahkan. Justeru, seorang dalang harus mampu membawa lakon dengan baik dan menarik serta dapat memukau penonton agar tidak jemu menikmati persembahan hingga selesai.
Antara dalang-dalang yang terkenal ialah Pak Hamzah, Dolah Baju Merah, Dalang Noh Siam, Pak Margono Sitir dan lain-lain.
Pentas dan kelir
Pentas dan Kelir  merupakan aspek terpenting dalam sesuatu persembahan wayang kulit. Pentas wayang kulit diperbuat daripada kayu begitu juga dindingnya manakala bagi atapnya pula diperbuat daripada daun rumbia atau daun nipah. Pentas biasanya dibina tiga atau empat kaki daripada tanah dan ia menyerupai pondok kecil yang boleh menempatkan patung-patung, alat-alat muzik dan perkakas-perkakas persembahan. Dalam persembahan wayang gedek, pentas merupakan salah satu aspek yang perlu diberi perhatian. Pembinaannya mestilah mengikut pantang larang dan syarat-syarat tertentu.
Antara pantang larang yang masih kuat dipegang oleh masyarakat ialah tidak boleh menghala ke arah matahari terbenam dan dibina di atas busut. Selain itu, pentas yang digunakan adalah berbentuk serambi rumah iaitu bumbungnya lebih tinggi di sebelah hadapan yang dipanggil pisang sesikat. Bahagian kiri, kanan, dan belakang pentas pula ditutup oleh dinding yang diperbuat daripada kayu ataupun buluh. Pentas tersebut juga dilengkapi dengan batang pisang yang diletakkan di antara kedudukan dalang dengan kelir. Fungsi batang pisang itu adalah sebagai tempat memacak gambar-gambar wayang yang digunakan semasa persembahan.
Kelir pula merupakan sejenis kain putih yang direntang di depan panggung yang melindungi dalang dan pemain muzik. Di belakang kelir pula, dipasang lampu untuk menerbitkan bayang. Pada zaman dahulu, lampu (belincong) yang digunakan ialah pelita ayam sebelum muncul gasolin. Kini lampu digunakan menggantikan gasolin dan pelita ayam. Sebuah pelita atau mentol akan digantung di tengah-tengah pentas bagi menghasilkan bayang-bayang yang seimbang kepada penonton yang berada di hadapan pentas. Kedudukan pelita ataupun mentol itu adalah berhadapan dengan dalang dan ditutup sebahagiannya supaya cahaya yang terhasil akan bertumpu pada satu arah sahaja. Kekurangan daripada kedua-dua sudut ini akan menyebabkan persembahan wayang kulit menjadi hambar dan tidak menarik.
Patung wayang kulit
Patung-patung wayang kulit sangat penting dalam persembahan. Tanpa patung-patung ini, tiada watak yang dapat ditunjukkan walaupun adanya tok dalang.  Bentuk patung wayang kulit yang berpengaruh Jawa mempunyai sendi tangan yang boleh digerakkan manakala patung wayang kulit Kelantan pula, hanya mempunyai satu sendi tangan sahaja. Antara watak-watak wayang kulit yang digunakan ialah seperti Wak Long, Pak Dogol, Mahasiko (Wayang Kelantan), Semar dan Cemuras / Turas (Wayang Melayu). Watak-watak wayang kulit ini bukan sahaja melambangkan perwatakan tempatan tetapi pembentukan patungnya juga terkeluar dari kelaziman pembentukan patung-patung yang lain. 
           
Pada zaman Hindu, patung wayang mula diukir hingga mendapat bentuk yang sempurna. Pada zaman kemunculan Islam pula , terdapat beberapa perubahan akibat asimilasi Islam antaranya bentuk wayang dibuat pipih hingga menjadi dua dimensi dan gambar miring, kemudian diberi warna putih dan hitam serta diberi kerangka sebagai pengapitnya. Bentuk wayang kulit ini kemudian mengalami perubahan lagi, khususnya waktu pemerintahan Sultan Agung dengan menambah bentuk wanda, iaitu bentuk-bentuk muka wayang mengikut kelompokkelompok, misalnya Kresna, Samba, Wisanggani, Arjuna, Angkawijaya, dan lain-lain lagi. Ada tambahan juga terutama pada bentuk mata, iaitu terdapat nama-nama khusus, misalnya bundar (Gatotkaca), Kedondong (Sencaki), garitan (Arjuna dan Srikandi). Pada zaman penjajahan, bentuk wayang ini mengalami perubahan. Perubahan ketara yang dapat dilihat ialah patung wayang diberi pakaian, dan ditambah pula watak sabrangan (orang luar) serta  watak bota (raksasa) perempuan.
Kehalusan dan ketinggian nilai seni jelas kelihatan pada gambar patung yang dihasilkan contohnya dalam wayang Gedek. Selain itu, pantang larang juga sangat diambil kira dalam proses pembuatan itu terutama terhadap dalang itu sendiri. Contohnya, isteri dalang tersebut mestilah dalam keadaan tidak hamil untuk mengelakkan perkara buruk akan menimpa keluarga dalang tersebut. Kehalusan serta ketinggian kesenian kerja tangan tertera pada watak-watak wayang kulit. 
            Ciri pembuatannya melambangkan ketelitian serta ketinggian kesenian pembuatnya.  Watak-watak atau patung-patung wayang kulit ini biasanya diperbuat daripada kulit lembu.  Nilai dan mutu kulit lembu hendaklah memenuhi spesifikasi dan kriteria tukang-tukang wayang kulit.  Kulit lembu betina menjadi pilihan berbanding dengan kulit lembu jantan kerana ia lebih besar dan lembut.  Kulit - kulit ini boleh didapati dengan membeli daripada penjual daging tempatan atau di tempat penyembelihan.  Patung wayang yang diperbuat daripada kulit lebih tahan lama dan boleh mencapai usia melebihi 100 tahun jika diselenggarakan dan dijaga dengan baik. 
            Mengikut kefahaman dahulu yang masih dipegang kuat oleh pembuat patung, setiap patung wayang kulit mestilah diperbuat daripada kulit dan bukan daripada kayu atau bahan-bahan lain. Masih ada yang mempercayai bahawa muncul satu kesakahan jika dibiarkan sahaja kanak-kanak atau sesiapa sahaja bermain wayang kulit dengan mengantikan patung wayang sebenar dengan wayang kayu.  Ini bagi mengelakkan kanak-kanak tersebut daripada ditimpa penyakit kerana patung wayang kulit dipercayai mempunyai penjaganya tersendiri. Sehingga kini, pantang larang ini masih diamalkan dan menjadi pedoman penduduk setempat. Berbalik kepada cara pembuatannya, bagi kulit-kulit yang telah dipilih, kerja awal yang perlu dilakukan ialah mengeluarkan lebihan daging dan lemak yang melekat padanya di atas pemidang  bersegi empat, yang diperbuat daripada kayu atau batang buluh.   Kerja-kerja penegangan kulit ini bagi memudahkan lebihan daging dan lemak melekat dikikis dengan "pisau raut" atau dikenali dengan nama "pisau wali" ketelitian menjadi sifat utama kerja mengikis bagi mengelakkan kulit tersebut daripada terkoyak, dan yang paling utama ialah memastikan kulit itu benar-benar bersih.
            Kulit yang benar-benar bersihkan dijemur sehingga kering.  Ia akan mengambil masa 2 atau 3 hari, bergantung pada keadaan cuaca.   Kulit tersebut biasanya dijemur agak jauh dari rumah bagi menghindari bau busuk. Setelah kulit cukup kering kerja-kerja mengikis dilakukan dengan menggunakan pisau raut. Setelah dikikis dan bersih daripada bulu, kulit tersebut perlu dibasuh dan dijemur buat kali kedua.  Sementara menunggu kulit yang dijemur itu kering, tukang wayang akan memulakan lakaran patung-patung wayang yang hendak dibuat.
            Biasanya lakaran watak-watak wayang dibuat di atas kertas putih nipis.Walaupun watak-watak wayang diasaskan kepada watak-watak wayang kulit Melayu purba, kemahiran dan kreativiti amatlah perlu bagi mencorakkan watak wayang kulit yang halus dan menarik. Penjenisan corak dan motif perlu disusun dengan teratur, kemas dan bersesuaian dengan watak wayang yang dibuat.  Biasanya watak wayang kulit Melayu berukuran  lebih kurang 71 sentimeter panjang dan lebarnya tidak melebihi 30 sentimeter.  Lakaran pada kertas yang telah disediakan itu seterusnya akan digunting atau dipotong mengikut profil.  Tukang wayang selanjutnya menampalkan lakaran tersebut pada kulit dengan menggunakan bahan pelekat yang senang ditanggalkan.   Kebiasaannya bahan pelekat yang digunakan diperbuat daripada kanji atau pelekat yang akan larut dalam air.
Kertas lakaran yang dilekatkan pada kulit seterusnya dipahat mengikut lakaran.  Setelah selesai kerja-kerja memahat, kertas lakaran putih yang masih melekat pada kulit ditanggalkan atau dicuci.  Bagi sesetengah dalang mereka menggunakan berus tembaga halus dan air untuk menggosok dan membersihkan kertas yang melekat pada kulit.
Kulit yang telah dicuci akan dibiarkan kering. Watak-watak wayang itu seterusnya akan diperkuatkan dengan bilahan buluh. Buluh yang diraut membentuk bulat leper serta runcing dibahagian pangkalnya dan diikat menegak di tengah-tengah patung wayang.  Buluh itu dikenali sebagai "tulang" kepada patung-patung wayang tersebut. Tulang pemacak ini akan dibelah dua dari hujung hingga tinggal kira-kira 30.5 sentimeter dari pangkalnya.  Seterusnya patung wayang itu dikapit di antara belahan tersebut akan diikat dengan benang mentah pada jarak kira-kira 5 sentimeter.
Selain daripada bahan buluh yang dapat dijadikan tulang kepada patung-patung wayang, kayu serta tanduk kerbau juga digunakan.  Oleh kerana kayu dan tanduk sukar didapati dan dikendalikan, maka buluh duri menjadi pilihan utama bagi tukang-tukang wayang.  Selain senang diolah buluh duri juga didapati tahan lama serta ringan. Setelah proses itu selesai, proses mewarna pula dilakukan selepas gambar patung itu siap diukir. Warna yang biasa digunakan adalah warna terang seperti merah, hijau dan hitam. Gambar patung yang sudah disiapkan akan disokong oleh buluh yang diraut halus. Ia dapat menberikan perbezaan antara watak-watak yang lembut dan watak-watak yang garang.
Watak Seri Rama biasanya diwarnakan hijau, adik Seri Rama iaitu Laksamana diwarnakan merah, muka Siti Dewi berwarna buluh gading, Hanuman diwarnakan merah atau putih manakala raksasa berwarna ungu atau merah padam. Selain itu, bahagian-bahagian yang tidak berpakaian seperti muka, leher, lengan, tangan, betis, dan kaki biasanya dibiarkan licin tanpa cat. Satu lagi aspek yang penting disini ialah semua watak diberi pakaian bercorak batik yang menjadi identiti wayang kulit itu sendiri.

Alat muzik
Persembahan wayang kulit akan diiringi dengan satu kumpulan muzik sebagai membantu menghidupkan lagi watak-watak yang dimainkan dan menggambarkan suasana adegan-adegan yang berlaku ketika itu. Penggunaan alat muzik dalam persembahan wayang kulit adalah berbeza antara satu dengan yang lain. Peralatan muzik untuk wayang kulit Kelantan ialah gong, (tetawak), gendang, geduk, gedombak, canang, mong, serunai dan kesi. Bagi wayang kulit Purwo pula alat-alat muzik yang digunakan ialah gong besar (gong Agong), gong suwukan, gambang, kempul, kenong, gender, slentem, demung, saron, peking (saron penerus), ketok / kompang, rebab dan gendang. Antara jenis-jenis lagu yang dimainkan pula ialah seperti lagu Bertabuh, Perang, Seri Rama, Kabar Manja, Buluh Seruas, Pandan Wangi dan banyak lagi.
Dalam membuat penilaian ke atas seni ini, ia perlu dilihat daripada beberapa faktor penting seperti persembahan yang menarik, keunikan pada patung-patung wayang yang penuh dengan ukiran menarik, kemerduan alunan muzik gamelan, falsafah dan juga pengajaran disebalik persembahan itu sendiri.  Ia akan tetap tertakluk kepada individu itu sendiri untuk menilainya.
 Lagu
Pada peringkat awal, lagu-lagu yang dipersembahkan dalam wayang kulit contohnya wayang gedek adalah dalam versi Thai. Namun kemudian tokoh-tokoh wayang kulit seperti Pak Noh menterjemahkan lagu-lagu tersebut ke dalam bahasa Melayu mengikut cara persembahannya. Sebenarnya wayang kulit mempunyai unsur-unsur muzik yang tersendiri. Ia menjadi satu bentuk persembahan untuk hiburan ramai. Antara lagu-lagu dalam persembahan wayang kulit ialah lagu “bertabuh” yang merupakan lagu pembukaan permainan wayang kulit. Lagu-lagu lain ialah seperti lagu Seri Rama, Rawana Berjalan, Maha Risi, dan Pak Dogol.
Wayang Kulit Abad ke-21
Terdapat juga pemerhati dan peminat seni yang tidak dapat membezakan yang mana lebih penting sama ada seni mengatasi pengajaran atau pengajaran mengajar seni, sehingga ada golongan-golongan yang memberi pandangan negatif terhadap persembahan wayang kulit.  Mereka menganggap persembahan ini penuh dengan tahyul, syirik dan membuang masa. Sebenarnya falsafah asal pengwujudan seni taeter ini harus diteliti dan dikaji supaya tidak disangkal oleh sesetengah golongan yang beranggapan ianya salah disisi agama.
Berlainan pula bagi mereka yang melihat persembahan wayang kulit sebagai sebuah persembahan yang simbolik dan kaya dengan ilmu serta keseniannya yang terselindung disebalik gerak-geri patung, alunan muzik gamelan dan cerita yang disampaikan.  Seolah-olah persembahan wayang kulit ini berperanan sebagai satu daripada media yang menyampaikan mesej dan pengajaran kepada masyarakat pada zaman dahulu berikutan tiadanya teknologi seperti televisyen, radio, cd, komputer dan sebagainya.
Sama ada negatif atau positif pemikiran seseorang itu, apa yang pasti seni ini dapat melihat sejauh mana keupayaan dalang dalam persembahan wayang kulit.  Kepuasan seseorang dalang tergambar pada wajah mereka apabila dapat menghasilkan patung yang cantik dan dapat mempersembahkan pertunjukkan yang menarik kepada pengunjung.
Nilai dan kandungan seni bergantung kepada kemampuan dalang menolong masyarakat umum dalam meningkatkan kesedaran dan kepekaan kepada seni warisan ini serta kefahaman tentang penghidupan mahluk di dunia ciptaan ALLAH S .W .T ., mereka juga dapat mengenal, mengamati dan menghayatinya sendiri.
Sebagai contoh, dalam membentuk dan mencipta patung wayang kulit, dalang begitu dipengaruhi oleh alam persekitaran.  Pengalaman terhadap alam dijadikan sumber penciptaan.  Dalam memilih dan mengabdikan unsur alam, dalang berpegang pada kebiasaan "Keindahan Semulajadi" yang disaring melalui kepercayaan lampau  maka di antara unsur alam itu, bunga, tumbuhan dan pucuk rebung sering menjadi hiasan pada patung wayang kulit dan alat-alat muzik gamelan.   Penggunaan unsur warna juga dapat disimpulkan sebagai satu kebiasaan dalang dalam menghayati alam.  Sesungguhnya dalang begitu peka terhadap warna alam.   Kesedaran ini menunjukkan sikap dan kepercayaan manusia kepada Pencipta asalnya, Allah S. W. T.

Opini saya = Wayang Kulit itu adalah satu daripada acara yang sering dilakukan untuk memelihara seni warisan indonesia yang sangat menakjubkan, Wayng kulit juga termasuk warisan budaya indonesia Khusunya pulau Jawa yng memiliki karakteristik yang kuat dan daya menariknya yang hebat. Selain daripada tujuan mengekalkan tradisi Melayu, seni wayang kulit ini mungkin juga boleh dimajukan dengan penghasilan miniatur patung wayang kulit atau panggung wayang kulit serta alat-alat muzik gamelan yang boleh dijadikan bahan cenderamata.

NAMA                            : Jody Fitrian Pradipta
KELAS                           : 1KA02
NPM                               : 13112946
MATKUL                       : ILmu Budaya Dasar

 
Copyright 2009 Apa Aja Ada!!. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Free Blogger Layouts | Bloggerized by Miss Dothy